Siapapun tahu, nuklir mempunyai efek dan dampak samping yang membahayakan makhluk hidup. Meski begitu, uji coba senjata nuklir yang dalam radius tertentu membahayakan, masih terus dilakukan. Lebih celaka lagi, tidak gampang mendeteksi adanya uji coba peledakan nuklir, terutama yang skala nya kecil.
Negara pemilik senjata umumnya merahasiakan bom nuklir tersebut rapat-rapat demi menghindari kecaman dunia internasional. Para ilmuwan di Departemen of Energy's Pacific Northwest National Laboratory di Richland, Washington Amerika Serikat, mengembangkan dua alat pemantau uji coba bom nuklir.
Namanya Automated Radioxenon Sampler/Analyzer (ARSA) dan Radionuclide Aerosol Sample/Analyzer (RASA). Kedua alat pemantau ini akan ditempatkan di 80 tempat berbeda di seluruh dunia.
David Robertson, manajer kedua proyek tersebut menjelaskan ARSA dirancang untuk mendeteksi adanya ledakan bawah tanah dengan cara mengendus gas-gas berbahaya
terutama gas Xenon yang mungkin muncul akibat ledakan nuklir. Sedangkan RASA dirancang untuk memata-matai partikel radio nuklir di atmosfer yang menandakan adanya ledakan diatas permukaan bumi.
ARSA di klaim 10-100 kali lebih sensitif ketimbang dengan sistem deteksi yang pernah ada. Begitu pula hal nya dengan RASA yang dikatakan punya kepekaan 100 kali lebih kuat dibandingkan dengan teknologi pemantau terbaik selama ini. "Rasa dapat mengambil sampel berkapasitas 20 juta liter per hari, sedangkan ARSA 120 ribu liter per hari," ujar Robertson, seperti dikutip pada situs warta ilmiah Popular
Tidak ada komentar:
Posting Komentar