Hal ini dikarenakan hati membantu fungsi ginjal dengan cara memecah beberapa senyawa yang bersifat racun dan menghasilkan amonia, urea, dan asam urat dengan memanfaatkan nitrogen dari asam amino. Proses pemecahan senyawa racun oleh hati disebut proses detoksifikasi. (sumber : Wikipedia Bahasa Indonesia)
Ini adalah kabar baik bagi penderita penyakit hati. Ilmuwan jepang dikabarkan menemukan teknologi pembuatan hati tiruan lewat pengembangbiakan sel babi. Uji klinis yang mereka lakukan sukses.
Alhasil, komite medisk Universitas Kyushu, Jepang, mengesahkan penggunaan teknologi itu. Adalah profesor Keizo Sugimachi yang beruntung mengalami uji coba penggunaan hati tiruan itu.
 |
| Kiri : Hati Buatan kanan : Hati Manusia |
Tubuhnya dipasang hati tiruan sejak september 2000. Ternyata, hingga akhir Mei 2001, uji coba itu berjalan dengan baik. Wajar bila sang profesor kegirangan begitu teknologi pemasangan hati buatan itu disahkan penerapannya.
"Saya sangat berbahagia karena proses yang saya jalani akhirnya bisa didapatkan juga oleh orang lain," ujarnya seperti dilansir oleh Main Daily News.
Pada praktek nya, pemasangan dan penggunaan hati tiruan dilakukan secara bertahap. Pertama, sel-sel hati dan babi dibiakkan dalam sebuah bejana berbentuk silinder yang dihubungkan ke tubuh pasien dengan pipa. Berikutnya, plasma darah pasien dialirkan bejana tersebut. Disinilah proses pembersihan dan penyaringan toksin dan amonia berlangsung.
Setelah bersih, barulah plasma darah tersebut dimasukkan kembali ke tubuh pasien. Jadi, proses penyaringan darah nya mirip dengan kerja hati sebenarnya. Kendati demikian, tentu saja implementasi teknologi baru itu mesti dicermati.
Soalnya, sampai sekarang, penyakit dan sel bakteri pada babi baru sedikit yang terungkap. Tak aneh bila pemasangan hati tiruan hanya direkomendasikan bagi mereka yang kerusakan hatinya benar-benar sudah akut.
Terima kasih informai nya
BalasHapus