Kolesterol adalah metabolit yang mengandung lemak sterol (waxy steroid) yang ditemukan pada membran sel dan disirkulasikan dalam plasma darah. Merupakan sejenis lipid yang merupakan molekul lemak atau yang menyerupainya. Kolesterol ialah jenis khusus lipid yang disebut steroid. Steroids ialah lipid yang memiliki struktur kimia khusus. Struktur ini terdiri atas 4 cincin atom karbon. (sumber : wikipedia bahasa indonesia)
Tingginya kadar kolestrol dalam tubuh menjadi pemicu munculnya berbagai penyakit. Pola makan sehat merupakan faktor utama untuk mengghindari hal ini. Akan tetapi, tidak semua kolestrol berdampak buruk bagi tubuh.
Hanya kolestrol yang termasuk kategori LDL saja yang berakibat buruk sedangkan jenis kolestrol HDL merupakan kolestrol yang dapat melarutkan kolestrol jahat dalam tubuh. Batas normal kolesterol dalam tubuh adalah 160–200 mg.
Kadar kolesterol yang tinggi dapat diturunkan dengan simvastatin, tetapi simvastatin memiliki efek samping mempercepat timbulnya Katarak atau memperburuk Katarak bagi mereka yang sensitive terhadap obat ini, oleh karena itu sebaiknya gunakan Atorvastatin yang lebih sedikit efek sampingnya dan telah ada Generiknya pula.
Seorang dokter menyarankan konsumsi bekatul akan sangat baik bagi kesehatan dan menurunkan kadar kolesterol. Sebenarnya Serat apapun (Oats, Sayur, Buah) akan mengikat sebagian lemak dan dibuang bersama BAB, tetapi yang lebih utama adalah pengaturan makanan (diet). (sumber : wikipedia bahasa indonesia)
Ancaman kolesterol mungkin tidak akan mematikan lagi. Para ahli tengah menjajaki pemakaian vaksin guna mengikis tumpukan gajih di pembuluh darah. Dalam seminar di Atlanta, peneliti Cedars-Sinai Medical Center's, Los Angeles, memaparkan hasil uji coba injeksi vaksin anti kolesterol itu terhadap tikus percobaan berkolesterol tinggi.
Hasilnya mencengangkan, kendati kandungan kolesterol dalam darah nya mencapai 1.000 miligram per desiliter (lima kali lebih pekat dari batas aman manusia), tikus yang divaksin ternyata aman-aman saja. Timbunan gajih di pembuluh darahnya malah 60-70% lebih rendah ketimbang tikus "normal" yang tak di vaksin. Direktur Cedars-Sinai, Prediman K. Shah, yakin bahwa penemuan ini akan sangat membantu pasien gangguan jantung dan diabetes.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar